H@liMuN@N
Bima's Files thinker 1
VIVAT!!!
Kehidupan Politik Kampus Politik dapat diartikan sebagai alat untuk menjalankan kegiatan di mana pun. Dalam bentuk apapun kegiatannya, Negara, provinsi, kecamatan, kampus dan lain sebagainya. Dasar kehidupan kita yang paling tidak kita sadari ialah ilmu memimpin, mempengaruhi, menguasai dan strategi taktis dalam hidup. Apakah mungkin seorang camat terpilih dengan tangan kosong dan diam sambil duduk merokok dan minu kopi? Atau calon legislative yang kampanye dengan pidato tiap hari bisa terpilih menjadi anggota dewan? Jawabannya jelas tidak. Mereka melakukan apa yang dinamakan dinamika politik. Jika diibaratkan, kita mempunyai medan perang yang harus ditaklukkan. Dan senjata kita bermacam – macam. Tinggal kita pilih saja, yang efektif, mematikan, pelan tapi pasti atau apapunlah. Itu pilihan pribadi, karena dalam hidup seua orang memang pasti dihadapkan kepada pilihan. Nah, dasar apakah yang menentukan pilihan? Salah satunya adalah dengan idealisme yang kuat. Dasar pemikiran, dasar yang menjadi acuan kita untuk berbuat. Namun permasalahannya, apakah ideologi yang kita pilih sesuai dengan hakekat manusia sebagai makhluk social, makhluk bagian alam dan hamba ciptaan tuhan. Pertanyaan ini sering muncul di otak pemikir – pemikir besar kita. Gandhi, berkata “nasionalismeku adalah kemanusiaan”. Tersirat di situ sebagai orang sosialis Ghandi yang sangat mencintai, memahami dan mendalami tanah air sebagai apa yang harus ia perjuangkan sampai akhir hayatnya. Dasar inilah membuat aspek politik mengental dalam masyarakat. hanya orang tertentu saja yang sadar akan keadaan ini. Yang paling peka dan jernih pemikirannya adalah mahasiswa. Kampus sebagai domain pemikiran, hendaknya memberikan sumbangan edukatif mengenai wawasan politik. Saling mendengar pendapat, menelaah suatu masalah kemudian mengintepretasikannya. Kehidupan di kampus tanpa poltik adalah bull shit. Tak ada kampus yang tidak sama sekali melakukan aktifitas poltik. Jika hal ini terjadi maka kampus itu tidak sehat. Tidak sehat di sini, bisa dkategorikan menjadi dua, yaitu secara fisik, entah kampus itu tidak memiliki fasilitas atau tempat yang layak, dn yang kedua sakit secara otak. Yang kedua inilah yang paling parah. Sebab pihak mahasiswa dan rektorat tidak memiliki –atau sengaja- kesadaran untuk menumbuhkan sikap kebangsaaan dengan dasar pancasila. Politik saat ini diidentikkan dengan aksi, demonstrasi dan mogok. Padahal kebanyakan kegiatan politik membuat kampus menjadi sehat. Mahasiswa dihadapkan pada dinamika jaman yang begitu kompleks dengan permasalahan multi dimensi dan global. Jadi mahasiswa bukan hanya jadi korban, tapi harus menjadi pelaku sekaligus praktisi politik. Mahasiswa menjadi pemikir yang siap terjun ke masyarakat dengan bekal yang kuat. Ideology yang tertanam untuk membuat tatanan masyarakat yang adil makmur sejahtera dapat terwujud nyata. Bukan hanya angan yang memberi angina lalu, tapi ombak yang menghempas lautan. Politik memiliki kebebasan bagi tiap manusia. Seperti kasus pemilihan ideology, paham yang berkembang dalam kampus jangan dipandang sebagai suatu hal yang janggal. Semua itu harus ditelaah dahulu. Untuk selanjutnya melihat perkembangannya. Sebab sesungguhnya orang yang yang tidak mau menerima hal baru adalah orang yang kuno, otoriter dan feodal. Jangan bilang bahwa peristiwa 30S adalah penghianatan PKI sebelum membaca dokumen CIA dan Cornell’s Paper. Jangan bilang Soeharto bapak pembangunan sebelum menghitung hutang Indonesia. Semua itu memiliki akar simpul panjang. Berpikiran sempit bukanlah pribadi mahasiswa. Mahasiswa hruslah berpikiran panjang, terbuka, luas, jernih dan jujur. Jangan kita membohongi diri kita sendiri. Jika paradigma demokrasi tertanam dalam jiwa muda mahasiswa, saya yakin 10 – 15 tahun lagi Indonesia akan memiliki pemimpin – pemimpin baru dengan semangat kebangsaan tinggi. Akan lahir Hugo Chaves – Hugo Chaves baru, akan lahir Ahmadinejad Indonesia baru dan akan lahir Soekarno – Soekarno kecil. Dalam pidatonya, Bung Karno pernah berkata, kemerdekaan adalah jembatan emas Indonesia untuk menuju masyarakat yang adil dan makmur di masa yang akan datang. Dan siapakah pelakunya? Ya, mahasiswa itu sendiri. Mahasiswa jeli melihat ketidak beresan di sekitarnya, mahasiswa tanggap dengan lingkungannya dan mahasisw tahu apa yang harus dilakukannya. Dengan kehidupan kampus yang demokratis hal itu bisa terwujud nyata. Bagaimanakah perwujudan demokratis itu? Kembali pada prinsip sosio demokratis. Yaitu kesamaan dalam memilih jalan pemikiran dan ideology secara bebas bertangung jawab. Mahasiswa menjadi centre di tiap perdebatan intelektual. Perlunya kaum akademisi muda yang mampu menjawab tantangan demokratis. Terkikisnya demokrasi sudah menjadi kasus umum dalam kehodupan kita sehari – harinya. Mengapa kita tak dapat berpikir sehat ke arah itu. Jawaban itu bisa ditemukan saat kita mendapatkan pemikiran – pemikiran saat melaksanakan studi. Demokrasi, politik, kebebasan tak dapat lepas satu sama lain. Kampus harus menjadi basis ini semua. Sebab, jika mahasiswa saja tidak mengerti ini, bagaimana nantinya masyarakat kita? Bagaiman Indonesia 50 tahun ke depan. Perubahan kecil akan melahirkan revolusi besar, dan revolusi akan melahirkan transformasi yang menyeluruh. Kita lihat apakah nantinya kita dapat memahami pentingnya politik dalam kampus.
BOLA MANIA INI DIA THE BLUES "CHELSEA"
AKU TAK TAHU SEJAK KAPAN AKU BEGITU TERTARIK DENGAN PERMAINAN SEPAK BOLA. TAPI KENYATAANNYA SESUATU YANG AKU BENCI KINI JUSTRU MENJADI FAVORITKU. ENTAH, MUNGKIN INILAH KARMAKU.
LAMBANG KEBANGGAAN
CREATED BY UPHIE, I HOPE U LIKE IT
Dibalik kerinduan hati
Makassar, 21 Agustus 2006
friends …………………….
Aku tak tahu mengapa ini menimpa keluarga kami, apakah ini merupakan ujian dari Tuhan ? tapi sungguh ini terlalu berat baik untukku maupun keluargaku. Terkadang aku merasa ini hanya mimpi namun jika aku melihat kuburan itu dan jika aku memanggilmu tak sedikit pun engkau menjawabku. Sungguh aku betul-betul kehilanganmu, andaikan bisa terulang kembali, aku ingin mengulang masa-masa bersamamu. Tak pernah terpikir olehku akan ditinggalkan seperti ini, entah sampai kapan maupun sampai berpuluh-puluh tahun kenangan bersamamu takkan terlupakan.
Sekarang aku sendiri, tiada lagi kakak sekaligus teman yang dapat menemaniku saat aku senang, sedih, dan susah, tidak ada lagi yang menunggu kepulanganku, tidak ada lagi yang dapat aku tunggu. Ingin rasanya aku berteriak
tuti……… …………………………………………………………………
namun sekeras apapun aku memanggilmu engkau tetap tidak menjawab ku
I Believe My HEART…………………………..!!!!!
I believe My heart, mungkin sebuah ungkapan yang sangat sederhana, namun demikian mengandung sebuah energi yang luar biasa untuk semakin menguatkan motivku dan menguatkan rasa percaya diriku, bahwa segala keputusan yang lahir dari bibirku yang sama sekali tidak sensual, adalah sebuah sabda yang tidak akan mungkin ditarik kembali, termasuk………………… Menyukaimu!!!
Seberapa pantaskah kau untuk kutunggu,cukup indahkah dirimu untuk selalu kunantikan……(Sheila on 7(seberapa pantas)…
Hal inikah yang menjadi keluhanmu, beban fikiranmu, mengisi ruang – ruang hibernasimu, yang dapat membuatmu bermeditasi dalam kebingungan……???
Oh tidakkk!!! Don’t have told it…..its dehumanisasi
Manusia siapapun itu, bagaimanapun dia, dan seperti apapun itu, di depan TUHAN sama….bahkan mungkin derajat kemiskinan dan ketertindasan lebih mulia di hadapanNya…
Kamu akan membuatku merasa bersalah sekali, dan membuatku berfikiran, mungkin akulah sebenarnya yang tidak pantas untukmu…
Makassar 30 november 2005
With song, i believe my heart,antara aku kau dan bekas pacarmu(bang iwan fals), hebat(tangga).
Buah karya terindah, kenangan bersama almarhumah
Salam pembebasan kawan bagi yang merasa kawan di sudut koridor, di bawah pohon, sedang berdiskusi ditempat parkir, kawan yang sedang menikmati secangkir kopi di Mace-mace.
Disebuah desa hiduplah keluarga yang sangat miskin . Setiap hari kerjanya hanya mencari kayu bakar di hutan . Hai kawan semua pilihlah saya untuk membawa saudara-saudara kegerbang impian yaitu pencapaian sebagai manusia yang seutuhnya baik lahiriah maupun batiniah. Cita-cita ini akan dapat terwujud bila saudara-saudara membantu saya .
Hari kemarin adalah kenangan , hari ini adalah kenyataan, hari esok adalah tantangan maka hadapilah dengan ketegaran hati. Yakinlah bahwa kau adalah yang terbaik karena keyakinan akan sesuatu adalah suatu kebenaran. Bangkitlah demi asa yang tertunda dan kau akan dapatkan kunci gerbang impian.Hatiku tak mampu menolak ketika ia datang memasuki ruang sempit dalam kalbuku. Kuingin ini hanya sebuah bunga tidur yang datang namun tak berarti, namun mengapa ia terasa semakin nyata dan tak mampu untuk kuhapus. Kuakui aku munafik bila tak mengakui kalau rasa itu sebenarnya ada dan kurasa.
Cinta sejati akan teruji oleh putaran waktu dan rentangan jarak yang memisahkan kita. Perasaan sekalipun takkan pernah didustai oleh cinta sejati. Bila kita merasakan mengapa mesti mengingkari apa yang telah dirasakan. Maka bersatulah atas nama cinta dan cinta akan menjadi suatu kesempurnaan.
Ada tirani yang membelenggu kuasamu, ada asa yang ingin terwujud sebuah kunci pintu belenggu
Alm.Tuty sweet
Jangan panggil aku mahasiswa (sebuah roh pengkaderan)
Hari ini kondisi kekinian yang semakin memprihatinkan, buruh di PHK dan dilgitimasi dengan UU Perburuhan, Petani dirampas tanahnya dan dilegitimasi dengan UU Pertanahan, kaum miskin kota, digusur dilegitimasi dengan UU perampasan tanah, dan mahasiswa yang saat ini sedang meringis ketakutan menunggu datangnya UU BHP yang melegitimasi kenaikan SPP dan swastanisasi kampus, dan mahasiswa hanya bisa DIAM, dan melakukan perlawanan – perlawanan kecil, yang dianggap tidak berarti apa – apa oleh Birokrasi kampus, hal ini disebabkan karena mahasiswa, bahkan hingga saat ini terjebak dalam tembok – tembok elitisme, ekslusivisme dan arogansi keilmuannya, beronani intelektual hingga mulutnya berbusa, dan tidak mau menyatu, bahu membahu dengan massa rakyat yang mempunyai pola kasus yang sama, untuk melawan neoliberalisme (penjajahan gaya baru secara ekonomi politik), terhadap negara,
Nah, pengkaderan sebagai sebuah metode doktrinas dan sekaligus ruang demokrasi yang masih disediakan oleh birokrasi kampus, dimana mau tidak mau akan mempengaruhi kesadaran mahsiswa baru sebab pengkaderan tidak ada yang objektif,(klaim kebenaran ada pada sang pengkader). Merupakan momentum yang tepat untuk menyuntikkan, tidak hanya nilai moral, akademik, tetapi juga semagat juang (militansi) perlawanan terhadap ketidak dilan, mahasiswa harus sadar bahwa saat ini mereka sedang terhegemoni(lupa bahwa mereka sedang dipersiapkan untuk semakin memperpanjang barisan pengangguran).
Kenapa ruh pengkaderan, ”JANGAN PANGGIL AKU MAHASISWA, CUKUP SUDAH JADI BANGSA KULI BANGKIT JADI BANGSA MANDIRI”, tidak lain adalah upaya untuk menanamkan nilai nilai tersebut diatas (Moral, Akademik dan militansi juang). Bukan bermaksud merendahkan diri kita sebagai mahasiswa, atau mejatuhkan martabat dan reputasi kita(bagi kita yang masih selalu mau dianggap...), tetapi tidak lain hanyalah sebuah bentuk pencerahan, bahwa kita tak bisa berjuang sendiri, kita harus bersatu dengan masyarakat yang punya kepentingan sama, bahwa mahasiswa harus punya kepekaan dan tanggung jawab sosial, dan belajar dari sejarah, bahwa kegagalan gerakan mahsiswa tidak lain adalah karena tidak bersatu dengan massa rakyat tertindas.
MY POEM
SAJAK SUARA
sesungguhnya suara itu tak bisa diredam
mulut bisa dibungkam
namun siapa mampu menghentikan nyanyian bimbang
dan pertanyaan-pertanyaan dari lidah jiwaku
suara-suara itu tak bisa dipenjarakan
di sana bersemayam kemerdekaan
apabila engkau memaksa diam
aku siapkan untukmu: pemberontakan!
sesungguhnya suara itu bukan perampok
yang ingin merayah hartamu
ia ingin bicara
mengapa kau kokang senjata
dan gemetar ketika suara-suara itu
menuntut keadilan?
sesungguhnya suara itu akan menjadi kata
ialah yang mengajari aku bertanya
dan pada akhirnya tidak bisa tidak
engkau harus menjawabnya
apabila engkau tetap bertahan
aku akan memburumu seperti kutukan
POTRET MANUSIA
WIJI TUKUL SANG LEGENDARIS PUISI
Peringatan (setelah direvisi)jika rakyat pergi
ketika penguasa pidato
kita harus hati-hati
barangkali mereka putus asa
kalau rakyat sembunyi
dan berbisik-bisik
ketika membicarakan masalahnya sendiri
penguasa harus waspada dan belajar mendengar
bila rakyat tidak berani mengeluh
itu artinya sudah gawat
dan bila omongan penguasa
tidak boleh dibantah
kebenaran pasti terancam
apabila usul ditolak tanpa ditimbang
suara dibungkam kritik dilarang tanpa alasan
dituduh subversif dan mengganggu keamanan
maka hanya ada satu kata: lawan!
Solo, 1986
SELINTAS ABOUT WIDJI TUKUL
Wiji Thukul,
seorang anak muda yang menurut Arief Budiman (1994) mirip pedagang asongan, mengambil jalan lain.
Ia menulis puisi yang bisa dimengerti oleh teman-temannya sendiri, menulis tentang kenyataan hidupnya sendiri.
Ia pun membacakan puisinya ke kampung-kampung hingga ke kampus-kampus di dalam dan luar negeri. Dan, akhirnya kita lihat bahwa di tangan penyair, fakta sosial bisa menjadi kekuatan yang sangat luar biasa.
Jika Udin membongkar fakta money politics Bupati Bantul, Yogyakarta, dengan kepekaan jurnalistiknya, jika Munir lantang menyuarakan anti-kekerasan dengan kepekaan kemanusiaannya, Wiji Thukul mengungkap fakta ketimpangan sosial dengan kepekaan kepenyairannya. Ketiganya sama-sama mengungkap fakta, sama berartinya bagi kemanusiaan, dan ketiganya sama-sama dilenyapkan. Sekali berarti, sudah itu mati, kata Chairil Anwar.
Namun, kata-kata sang penyair seperti memiliki sejarah hidup yang berbeda dengan penyairnya.
HANYA ADA SATU KATA: LAWAN!.
Rabu, 18 Juni 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar