Wiji Tukul
Wiji Tukul, dalam kumpulan kumpulan sajak-sajak, "Aku ingin jadiPeluru", Penerbit Indonesia Tera, Cetakan I, Juni 2000.
Nanyian Abang Becak
jika harga minyak mundhak simbok
semakin ajeg
berkelahi sama bapak
harga minyak mundhak lombok-lombok
akan mundhak
sandang pangan akan mundhak
maka terpaksa tukang-tukang lebon
lintah darat bank plecit tukang kredit
harus dilayani
mendesak, seribu lima ratus uang belanja
tertinggi dari bapak untuk simbok, siapa bisa
mencukupi sedangkan kebutuhan hidup semakin
mendesak
maka simbok pun mencak-mencak:
”pak-pak anak kita kebacut metu papat lho!
bayaran sekolahnya amak-anak nunggak lho!
si Penceng muntah ngising, perutku malah sudah
isi lagi dan suk Selasa Pon ana sumbangan maneh
si Sebloh dadi manten!”
jika bbm kembali melonjak
namun juga masih disebut langkah-langkah
kebijaksanaan
maka aku tidak akan lagi memohon pembangunan
nasib
kepadamu duh Pangeran duh Gusti
sebab nasib adalah permainan kekuasaan
lampu butuh menyala, menyala butuh minyak
perut butuh kenyang, kenyang butuh diisi
namun bapak cuma abang becak!
maka apabila becak pusaka keluarga pulang
tanpa membawa uang
simbok akan kembali mengajak berkelahi bapak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar