Selasa, 17 Juni 2008

Puisi Soe Hok Gie

soe-hok-gie.jpgPuisi ini adalah puisi yang dibacakan oleh Nicholas Saputra dilagu Cahaya Bulan Ost. Soe Hok Gie (catatan seorang demonstran).

Sebuah Tanya

Akhirnya semua akan tiba pada pada suatu hari yang biasa

pada suatu ketika yang telah lama kita ketahui.

Apakah kau masih berbicara selembut dahulu

memintaku minum susu dan tidur yang lelap?

sambil membenarkan letak leher kemejaku.

(kabut tipis pun turun pelan-pelan di lembah kasih, kenbah Mandalawangi.

kau dan aku tegak berdiri melihat hutan-hutan yang menjadi suram

meresapi belaian angin yang menjadi dingin)

Apakah kau masih membelaiku selembut dahulu

ketika kudekap kau dekaplah lebih mesra,

lebih dekat.

(lampu-lampu berkedipan di Jakarta yang sepi

kota kita berdua, yang tau dan terlena dalam mimpinya

kau dan aku berbicara tanpa kata, tanpa suara

ketika malam yang basah menyelimuti jakarta kita)

apakah kau masih akan berkata

kudengar derap jantungmu

kita begitu berbeda dalam semua

kecuali dalam cinta

(haripun menjadi malam kulihat semuanya menjadi muram

wajah-wajah yang tidak kita kenal berbicara

dalam bahasa yang tidak kita mengerti

seperti kabut pagi itu)

manisku, aku akan jalan terus membawa kenangan-kenangan

dan harapan-harapan bersama hidup yang begitu biru.

Soe Hok Gie
Selasa, 1 April 1969

21 Tanggapan ke “Puisi Soe Hok Gie”

  1. di/pada September 17, 2007 pada 6:37 am ayu dc

    ada keistimewaan yg sulit dipecahkan pada katab2 yg disusun Gie..
    puisi ini sngt indah,,
    pnuh pemberontakan akan hati…
    puisi ini brgitu istimewa,,
    mski ada kata2 yg saya belum tahu artinya..


  2. di/pada September 26, 2007 pada 1:47 am HNG

    I like it……………………………………………..


  3. di/pada September 26, 2007 pada 1:50 am HNG

    Mas Gie….aku minta maaf ya….krn dulu aku pernah pake puisimu ini buat ngrayu cwek aku tanpa seijin Mas Gie! Yang ada di lagu Cahaya Bulan OST Gie itu lho…..! Pokoke keren abizzzz


  4. di/pada September 30, 2007 pada 9:23 am willy

    owwwwwwwwwwwe, keren banget, gw anak sastra aj ngerasa belom pernah ada yang bikin puisi sekeren itu………..


  5. di/pada Oktober 29, 2007 pada 8:35 am fie

    “ini bukan hanya sekedar puisi,tapi sebuah ungkapan hati yang harus memilih antara cinta dan kedukaan yang mendalam.4 jempol untuk soe hok gie.”


  6. di/pada Nopember 7, 2007 pada 2:17 am dijost

    waduuuuuh puisinya bgus banget…..
    q sampe’ ngerinding ngedengernya


  7. di/pada Nopember 22, 2007 pada 6:46 am a morning sun

    someone sent me that poetry…
    i was cry when read it…
    but unfortunately ..it’s too late…
    for our memories…who live forever


  8. [...] ala sinema yang mencuat pada kaus oblong, poster, gantungan kunci, sampul depan buku, dan sajak Sebuah Tanya dengan wajah tampan si pemeran Rangga dalam “Ada Apa Dengan Cinta” itu menenggelamkan [...]


  9. di/pada Januari 4, 2008 pada 9:46 am joko

    hay mas gei puisi nya bagus bangent


  10. di/pada Januari 5, 2008 pada 6:22 pm soe hok fie

    “setelah kita membaca puisi gie….
    tidak seharusnya rasa heran yang kita pertimbangkan.
    namun sebuah rasa cinta,rasa iba dan kedukaan yang mendalam dari penulisnya.”

    “mana puisi gie yang lain????”


  11. di/pada Januari 14, 2008 pada 11:49 am soe_hood

    sampai jumpa di akhirat

    “gie , sepertinya aku juga sudah bosan dengan semua ini , aku ingin beruntung seperti engkau yang bisa mati muda”

    dariku
    soe_hood


  12. di/pada Januari 15, 2008 pada 7:15 am Soe Hok Jie

    Puisi Soe Hok-Gie yang sempat tercecer, dan baru muncul di harian Sinar Harapan 18 Agustus 1973. Judulnya “Pesan” dan cukilan pentingnya berbunyi:

    PESAN

    Hari ini aku lihat kembali
    Wajah-wajah halus yang keras
    Yang berbicara tentang kemerdekaan
    Dan demokrasi
    Dan bercita-cita
    Menggulingkan tiran

    Aku mengenali mereka
    yang tanpa tentara
    mau berperang melawan diktator
    dan yang tanpa uang
    mau memberantas korupsi

    Kawan-kawan
    Kuberikan padamu cintaku
    Dan maukah kau berjabat tangan
    Selalu dalam hidup ini?

    Klo mo minta yg lain ada juga….
    ke FS gw aja : soe@hok.jie


  13. di/pada Januari 23, 2008 pada 2:59 pm Tuwik

    Penuh pencerahan bagi jiwa2 yg ranum..
    salut bwt GIE..!!
    tokoh idealis yg mampu menggebrak hati hampir setiap orang yg membaca tulisannya.
    Puncak mahameru saksi bisu ajalnya..

    BUAT YANG PUNYA E-BOOK KARYA GIE,
    “ORANG-ORANG DI PERSIMPANGAN KIRI JALAN” SAMA “CATATAN SEORANG DEMONSTRAN” TLG BAGI2 Y.. KIRIM AJA KE tuwik77@yahoo.com NTAR AKU BARTER SAMA “DI BAWAH LENTERA MERAH” NYA GIE..!!
    KHEY..??!
    THX B4..


  14. di/pada Januari 24, 2008 pada 8:52 am aamovi

    Gie, punya arti sendiri melihat kedamaian.
    Gie, punya arti sendiri menenggelamkan sunyi di bukit tuhan.
    Gie, punya arti sendiri menyuruh mahasiswa agar tidak diam.
    Gie, punya arti sendiri menginginkan kita tidak hanya diam

    selama ini kita semakin tertindas
    pemindah kekuasaan yang mengakhiri ihwal kemerdekaan
    membuat negara tercinta semakin buta,

    generasi muda harusnya membalikkan jaman agar
    kekuasaan tak lagi serta merta membunuh harapan kita.

    Gie,
    telah mencoba…
    sekarang siapa?


  15. di/pada Januari 30, 2008 pada 3:08 am apriliana

    entahlah,,,,tapi ak merasakan sesuatu yang berbeda dlm hati ketika membaca goresan pena itu.!!!
    sebuah teriakan gie itu membwt qt mengerti ttg kenyataan pada masa ini..


  16. di/pada Januari 30, 2008 pada 3:11 am apriliana

    entahlah,,,,,ak merasakan sesuatu yang berbeda dlm hati saat membaca goresan pena dari gie tsb…
    tersirat gambaran dr kenyataan hidup masa ini.!!


  17. di/pada April 3, 2008 pada 4:36 am frans gabriel arya

    Maria - Sinta

    Anggun cara bicaramu
    Tak meluluhkan hati yang mati
    Dan nafas itu adalah hidup

    Kau seret kebaya wana ungu
    Semerah darah yang menetes perlahan
    Dan aromanya buat terkesima

    Di pangkuan ada ketenangan
    Kekuatan yang tak terperi dari bumi
    Memandangmu penuh ragu

    Pahami lagi diri yang coba lari
    Emosi yang menjejakkan cinta
    Matamu isyaratkan sebuah sapta

    ** sebuah kekaguman atas eksistensi soe hok gie sebagai seorang manusia”

    Malang, 14, Maret 2008-gabrielarya@yahoo.com


  18. di/pada April 7, 2008 pada 10:12 am kabut rinjani

    To Gie:

    Cinta dan Damai hanya ada di puncak-puncak gunung…


  19. di/pada April 15, 2008 pada 5:20 am andy prasetya

    pembelajaran yang baik kpan muncul film seperti ini lagi?????


  20. di/pada Mei 7, 2008 pada 1:56 am rudiyana

    puisinya keren abis waktu pertama denger di mp3 temanku, gw puter2 terus abis keren abis.andai masih ada mas gie di indonesia ini aku akan ikut berjuang menghancurkan ketidak adilan.semangat kemerdekaannnnnnnnnnnnnnnnnnn!


  21. [...] ala sinema yang mencuat pada kaus oblong, poster, gantungan kunci, sampul depan buku, dan sajak Sebuah Tanya dengan wajah tampan si pemeran Rangga dalam “Ada Apa Dengan Cinta” itu menenggelamkan [...]

1 komentar:

Unknown mengatakan...

keren abis, merupakan cerminan hati seorang idealis yang teguh dan tak tergoyahkan dalam memegang prinsip